Rabu, 22 September 2010

Asuhan Keperawatan Hipotiroid / Hypothyodism

ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOTIROIDISME


A. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan organ yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak pada bagian bawah leher di sebelah anterior trakea. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus lateral yang dihubungkan oleh sebuah istmus. Kelenjar tiroid memilki panjang ± 5 cm serta lebar 3 cm dan berat ± 30 gram. Aliran darah ke dalam tiroid, per gram jaringan kelenjar, sangat tinggi (± 5 ml/menit/gram tiroid), yaitu ± 5 kali aliran darah ke dalam hati. Keadaan ini mencerminkan tingkat aktivitas metabolic kelenjar tiroid yang tinggi.Kelenjar tiroid menghasilkan 3 jenis hormone yang berbeda: tiroid (T4) serta triiodotironin (T3) yang keduanya disebut dengan satu nama hormon tiroid dan kalsitonin.

Hormon Tiroid
Dua jenis hormon yang berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk hormontiroid: tiroksin, dan triiodotironin. Kedua hormon ini merupakan hormon asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada struktur asam amino T4 mengandung empat atom iodium dalam setiap molekulnya dan T3 hanya mengandung tiga atom saja. Kedua hormon ini disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat dengan protein didalam sel-sel kelenjar tiroid pelepasannya kedalam aliran darah terjadi ketika diperlukan. Kurang lebih 75 % hormon tiroid berada dalam keadaan terikat dengan globulin pengikat protein (TBG ; thyroid-binding globulin).
AmbilandanMetabolismeIodium
Iodium merupakan unsur essensial bagi tiroid untuk sintesis hormon tiroid. Pada kenyataannya, iodium dalam tubuh paling banyak digunakan oleh kelenjar tiroid dan gangguan utama oleh defisiensi iodium adalah perubahan fungsi tiroid. Iodida dikonsumsi dari makanan dan diserap kedalam darah di dalam traktur GI. Kelenjar tiroid bekerja sangat efisiensi dalam mengambil iodium dalam darah dan kemudian memekatkannya dalam sel-sel kelenjar tersebut. Di sana ion-ion iodide akan diubah menjadi molekul-molekul iodium yang bereaksi dengan tiroksin (suatu asam amino) untuk membentuk hormon tiroid.

Pengaturan Fungsi Tiroid

Sekresi triiodotironin (TSH; tyroid-stimulating hormone) oleh kelenjar hifofisis akan mengendalikan kecepatan pelepasan hormontiroid selanjutnya, pelepasan TSH ditentukan oleh kadar hormon tiroid dalam darah, Jika konsentrasi hormon tiroid dalam darah menurun, pelepasan TSH meningkat sehingga terjadi peningkatan keluaran T3 dan T4. Keadaan ini merupakan satu contoh pengendalian umpan balik (feedback control). Hormontirotrpin (TRH; tyroid-releasing hormone) yang disekresikan oleh hipotalamus memberikan pengaruh yang mengatur (modulasi) pelepasan TSH darihifofisis. Faktor-faktor lingkungan seperti penurunan suhu tubuh dapat meningkatkan sekresi TRH dan dengan demikian menaikkan sekresi hormon tiroid.

Fungsi Hormon Tiroid

Fungsi utama hormon T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas metabolikseluler. Kedua hormone ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolism sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut dalam oksigen , dan oleh sifat responsive jaringan terhadap hormon yang lain. Hormone tiroid mempengaruhi replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas terhadap metabolism seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap sistem organ yang penting.

Kalsitonin

Kalsitonin atau tirokalsitonin merupakan hormon penting lainya yang disekresikan oleh kelenjar tiroid. Sekresi kalsitonin tidak dikendalikan oleh TSH. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar tiroid sebagai respon terhadap kadar kalsium plasma yang tinggi, dan kalsitonin akan menurunkan kadar kalsium plasma dengan meningkatkan jumlah penumpukan kalsium dalam tulang.

B. Theoritical Background

1. Definisi
Hipotiroidisme adalah satu keadaan penyakit disebabkan oleh kurang penghasilan hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang diakibatkan oleh kehilangan hormon tiroid.
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormontiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut miksedema.
Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam darah. Kelainan ini kadang – kadang disebut miksedema.

2. Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid , hipofisis atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid , maka kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adannya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis , maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adannya umpan balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroidisme yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT , TSH dan TRH.


Penyakit Hipotiroidisme :
1.Penyakit Hashimoto, juga disebut tiroiditis autoimun, terjadi akibat adanya autoantibodi yang merusak jaringan kelenjar tiroid. Hal ini menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal, Penyebab tiroiditis otoimun tidak diketahui, tetapi tampaknya terdapat kecenderungan genetik untuk mengidap penyakit ini. Penyebab yang paling sering diternukan adalah tiroiditis Hashimoto.Pada tiroiditis Hashimoto, kelenjar tiroid seringkali membesar dan hipotiroidisme terjadi beberapa bulan kemudian akibat rusaknya daerah kelenjar yang masih berfungsi.
2.Penyebab kedua tersering adalah pengobatan terhadap hipertiroidisme. Baik yodium radioaktif maupun pembedahan cenderung menyebabkan hipotiroidisme.
3.Gondok endemik adalah hipotiroidisme akibat defisiensi iodium dalam makanan. Gondok adalah pembesaran kelenjar tiroid. Pada defisiensi iodiurn terjadi gondok karena sel-sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap sernua iodium yang tersisa dalam. darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpan balik.Kekurangan yodium jangka panjang dalam makanan, manyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang kurang aktif (hipotiroidisme goitrosa).
4.Kekurangan yodium jangka panjang merupakan penyebab tersering dari hipotiroidisme di negara terbelakang.
5.Karsinoma tiroid dapat, tetapi tidak selalu, menyebabkan hipotiroidisme. Namun , terapi untuk kanker yang sering dijumpai ini antara lain adalah tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH, atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Semua pengobatan ini dapat menyebabkan hipotiroidisme. Pajanan ke radiasi, terutama masa anak-anak, adalah penyebab kanker tiroid. Defisiensi iodium juga dapat meningkatkan risiko pembentukan kanker tiroid karena hal tersebut merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

5. Tanda dan Gejala
Hipotiroidisme ditandai dengan gejala – gejala :

a) Nafsu makan berkurang
b) Sembelit
c) Pertumbuhan tulang dan gigi yang lambat
d) Suara serak
e) Berbicara lambat
f) Kelopak mata turun
g) Wajah bengkak
h) Rambut tipis , kering dan kasar
i) Kulit kering , kasar , bersisik dan menebal
j) Denyut nadi lambat
k) Gerakan tubuh lamban
l) Lemah
m) Pusing
n) Capek
o) Pucat
p) Sakit pada sendi atau otot
q) Tidak tahan terhadap dingin
r) Depresi
s) Penurunan fungsi indera pengecapan dan penciuman
t) Alis mata rontok
u) Keringat berkurang


Gambaran Klinis
1. Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung lambat
2. Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema),
dan penurunan curah jantung
3. Pembengkakkan dan edema kulit, tenrtama di bawah mata dan di pergelangan
kaki
4. Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori, penurunan
Nafsu makan dan penyerapan zat glzi dan saluran cema
5. Konstipasi
6. Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
7. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan rapuh



6. Penatalaksanaan
Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormon tiroid , yaitu dengan memberikan sediaan per – oral (lewat mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis rendah , karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal. Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.
Pengobatan selalu mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat , maka dapat diberikan kemoterapi , radiasi atau pembedahan.

Modifikasi Aktivitas
Membantu perawatan dan kebersihan diri pasien sambil mendorong partisipasi pasien untuk melakukan aktivitas yang masih berada dalam batas – batas toleransi yang ditetapkan untuk mencegah komplikasi mobilitas
Pemantauan yang Berkelanjutan
Pemantauan tanda – tanda vital dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama proses penegakkan diagnosis dan awal terapi , untuk mendeteksi :
- Kemunduran status fisik serta mental
- Tanda serta gejala yang menunjukkan peningkatan laju metabolik akibat terapi yang melampaui kemampuan reaksi system kardiovaskular dan pernafasan
- Keterbatasan atau komplikasi miksedema yang berkelanjutan
- Pemberian obat dengan sangat hati – hati mengingat adannya perubahan metabolism serta eksresi obat dan penurunan laju metabolik serta status pernafasan





Pengaturan Suhu
- Memberikan Ekstra Selimut dan Pakaian
- Memberikan penjelasan tentang penggunaan alat pengurang gangguan rasa nyaman dan gejala menggigil yang HARUS dihindari , seperti Bantal Pemanas atau Selimut Listrik. Karena beresiko menyebabkan vasodilatasi perifer , kehilangan panas tubuh yang lebih lanjut dan kolaps vaskuler. Disamping itu , pasien tanpa sadar dapat terbakar ketika menggunakan alat tersebut akibat respons pasien yang lambat dan status mental yang menurun.
Dukungan Emosional
- Membantu serta memberikan konseling kepada pasien dan keluarganya untuk mengatasi masalah dan reaksi emosional yang muncul setelah kondisi hipotiroidisme berhasil diobati dan semua gejalannya berkurang. Karena pasien dapat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat dari progresivitas serta intensitas gejala yang timbul
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
- Menentramkan pasien dan keluaganya karena mereka sering sangat prihatin terhadap perubahan yang mereka saksikan akibat hipotiroid , dengan cara memberikan penjelasan bahwa gejala tersebut akan menghilang setelah terapi berhasil dilakukan.
- Memberitahu pasien agar selalu minum obat seperti yang diresepkan dokter
- Memberikan instruksi tentang diet
- Memberitahu dan Menjelaskan tentang tujuan terapi , pengobatan serta efek samping yang ahrus dilaporkan pada dokter.
- Membantu serta memberikan dorongan kepada pasien dalam penggunaan obat setiap hari
- Menekankan kembali pentingnya terapi hormon tiroid yang berkelanjutan dan pemeriksaan tindak lanjut secara periodic
- Mengajarkan kepada anggota keluarga pasien untuk mengetahui tanda – tanda overmedikasi dan undermedikasi
- Melakukan pengkajian terhadap status fisik dan kognitif pasien , pemahaman pasien serta keluarganya terhadap pentingnya pengobatan jangka panjang.
- Mencatat dan melaporkan kepada dokter atau petugas kesehatan yang memberikan pelayanan primer tentang tanda – tanda dan gejala yang samar tetapi dapat menunjukkan apakah pemebrian hormon tiroksin kurang memadai ataukah berlebihan.
Perangkat Diagnostik
Pemeriksaan darah yang kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan kadar TSH yang tinggi.
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis matanyarontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajahnya kasar, kuku rapuh, lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung, tekanan darah rendah dan suhu tubuh rendah. Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.

















C. Nursing Management
1. Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat manggali sebanyak mungkin informasi antara lain:
1). Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
2). Kebiasaan hidup sehari-hari seperti;
a. Pola makan
b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).
c. Pola aktivitas.
3). Tempat tinggal klien sekarang danpada waktu balita.
4). Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh:
a. Sistem pulmonari
b. Sistem pencernaan
c. Sistem kardiovaslkuler
d. Sistem muskuloskeletal
e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis
f. Sistem reproduksi
g. Metabolik
5). Pemeriksaan fisik mencakup
a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.
b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun


6). Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjrrg hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.
7). Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadat T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).

2. Nursing Diagnosis
1) Intoleransi aktivitas b/d kelelahan dan penurunan proses kognitif
2) Perubahan suhu tubuh
3) Konstipasi b/d penurunan fungsi gastrointestinal
4) Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan untuk terapi penggantian tiroid seumur hidup
5) Pola nafas tidak efektif b/d depresi ventilasi
6) Perubahan proses berfikir b/d gangguan metabolisme dan perubahan status kardiovaskuler serta pernafasan

3. Nursing Intervention
 Diagnosa 1 :
Tujuan : Meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
 Intervensi:
a. Atur interval waktu antar aktivitas untuk meningkatkan istirahat dan latihan yang dapat ditolerir.
Rasional : Mendorong aktivitas sambil memberikan kesempatan untuk mendapatkan istirahat yang adekuat.
b. Bantu aktivitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam keadaan lelah.
Rasional : Memberi kesempatan pada pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri.
c. Berikan stimulasi melalui percakapan dan aktivitas yang tidak menimbulkan stress.
Rasional : Meningkatkan perhatian tanpa terlalu menimbulkan stress pada pasien.
d. Pantau respons pasien terhadap peningkatan aktivitas.
Rasional : Menjaga pasien agar tidak melakukan aktivitas yang berlebthan atau kurang.
 Diagnosa 2 :
Tujuan : Pemeliharaan suhu tubuh yang normal
 Intervensi:
a. Berikan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut.
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas
b. Hindari dan cegah penggunaan sumber panas dari luar (misalnya, bantal pemanas, selimut listrik atau penghangat).
Rasional : Mengurangi risiko vasodilatasi perifer dan kolaps vaskuler.
c. Pantau suhu tubuh pasien dan melaporkan penurunannya dari nilai dasar suhu normal pasien.
Rasional : Mendeteksi penurunan suhu tubuh dan dimulainya koma miksedema.
d. Lindungi terhadap pajanan hawa. dingin dan hembusan angin.
Rasional : Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien dan menurunkan lebih lanjut kehilangan panas.
 Diagnosa 3 :
Tujuan : Pemulihan fungsi usus yang normal.
 Intervensi:
a. Dorong peningkatan asupan cairan
Rasional : Meminimalkan kehilangan panas.
b. Berikan makanan yang kaya akan serat
Rasional : Meningkatkan massa feses dan frekuensi buang air besar
c. Ajarkan kepada klien, tentang jenis -jenis makanan yang banyak mengandung air.
Rasional : Untuk peningkatan asupan cairan kepada pasien agar feses tidak keras
d. Pantau fungsi usus
Rasional : Memungkinkan deteksi konstipasi dan pemulihan kepada pola defekasi yang normal.
e. Dorong klien untuk meningkatkan mobilisasi dalam batas-batas toleransi latihan.
Rasional : Meningkatkan evakuasi feses
f. Kolaborasi : untuk pemberian obat pecahar dan enema bila diperlukan.
Rasional : Untuk mengencerkan feces.

 Diagnosa 4 :
Tujuan: Pemahaman dan penerimaan terhadap program pengobatan yang
diresepkan.
 Intervensi:
a. Jelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memberikan rasional penggunaan terapi panggantian hormon tiroid seperti yang diresepkan, kepada pasien
b. Uraikan efek pengobatan yang dikehendaki pada pasien.
Rasional : Mendorong pasien untuk mengenali perbaikan status fisik dan kesehatan yang akan terjadi pada terapi hormon tiroid.
c. Bantu pasien menyusun jadwal dan cheklist untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi penggantian hormon tiroid.
Rasional : Memastikan bahwa obat yang digunakan seperti yang diresepkan.
d. Uraikan tanda-tanda dan gejala pemberian obat dengan dosis yang berlebihan dan kurang.
Rasional : Berfungsi sebagai pengecekan bagi pasien untuk menentukan apakah tujuan terapi terpenuhi.
e. Jelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan keluarganya.
Rasional : Meningkatkan kemungkinan bahwa keadaan hipo atau hipertiroidisme akan dapat dideteksi dan diobati.

 Diagnosa 5 :
Tujuan : Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal.
 Intervensi:
a. Pantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan , oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.
Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi.
b. Dorong pasien untuk napas dalam dan batuk.
Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat.
c. Berikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati.
Rasional : Pasien hipotiroidisme sangat rentan terhadap gangguan pernapasan akibat gangguan obat golongan hipnotik-sedatif.
d. Pelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasi jika diperlukan.
Rasional : Penggunaan saluran napas artifisial dan dukungan ventilasi mungkin diperlukan jika terjadi depresi pernapasan.

 Diagnosa 6 :
Tujuan : Perbaikan proses berpikir.
 Intervensi:
a. Orientasikan pasien terhadap waktu, tempat, tanggal dan kejadian disekitar dirinya.
b. Berikan stimulasi lewat percakapan dan aktifitas yang, tidak bersifat mengancam.
Rasional : Memudahkan stimulasi dalam batas-batas toleransi pasien terhadap stres.
c. Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa perubahan pada fungsi kognitif dan mental merupakan akibat dan proses penyakit .
Rasional : Meyakinkan pasien dan kelumga tentang penyebab perubahan kognitif dan bahwa hasil akhir yang positif dimungkinkan jika dilakukan terapi yang tepat.

4. Evaluasi
Diagnosa 1 :
• Beraktivitas dalam perawatan mandiri
• Melaporkan penurunan dalam tingkat kelelahan
• Memperlihatkan perhatian dan kesadaran pada lingkungan
• Berpartisipasi dalam aktivitas dan berbagai kejadian dalam lingkungan
• Berpartisipasi dalam peristiwa dan aktivitas keluarga
• Melaporkan tidak adannya rasa nyeri dada , peningkatan kelelahan atau gejala sesak nafas yang menyertai peningkatan aktivitas

Diagnosa 2 :
• Mengalami berkurangnya gangguan rasa nyaman dan intoleransi terhadap hawa dingin
• Mempertahankan suhu tubuh dasar
• Melaporkan rasa hangat yang adekuat dan berkurangnya gejala menggigil
• Menggunakan tambahan lapisan pakaian atau tambahan selimut
• Menjelaskan rasional untuk menghindari sumber panas dari luar

Diagnosa 3 :
• Mencapai pemulihan kepada fungsi usus yang normal
• Melaporkan fungsi yang normal
• Mengenali dan menkonsumsi makanan yang kaya serat
• Minum cairan sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari
• Berpartisipasi dalam peningkatan latihan yang ditingkatkan secara bertahap
• Menggunakan pencahar seperti yang diresepkan dan menghindari ketergantungan yang berlebihan pada pencahar serta enema

Diagnosa 4 :
• Menguraikan program pengobatan dengan benar
• Menjelaskan rasional bagi terapi penggantian hormon tiroid
• Mengenali hasil akhir terapi penggantian hormon tiroid yang positif
• Menggunakan obat bagi diri sendiri seperti yang diresepkan
• Mengenali efek samping yang merugikan dan harus segera dilaporkan kepada dokter : timbulnya kembali gejala hipotiroidisme dan terjadinya gejala hipertiroidisme
• Menyatakan perlunya kunjungan tindak lanjut ke dokter untuk jangka waktu lama

Diagnosa 5 :
• Memperlihatkan perbaikan status pernafasan dan pemeliharaan pola pernafasan yang normal
• Menunjukkan frekuensi , kedalaman dan pola respirasi yang normal
• Menarik nafasa dalam dan batuk ketika dianjurkan
• Menunjukkan suara nafas yang normal tanpa bising tambahan pada auskultasi
• Menjelaskan rasional penggunaan obat yang berhati – hati
• Berpartisipasi pada saat dilakukan pengisapan dan ventilasi

Diagnosa 6 :
• Memperlihatkan perbaikan fungsi kognitif
• Mengidentifikasi waktu , tempat , tanggal dan kejadian dengan benar
• Bereaksi ketika dirangsang
• Bereaksi secara spontan ketika pengobatanya berhasil
• Mengadakan interaksi secara spontan dengan keluarga dan lingkungan
• Menjelaskan bahwa perubahan dalam proses mental dan kognitif merupakan hasil dari proses penyakit
• Menggunakan obat seperti yang dipreskripsikan untuk mencegah penurunan pada proses kognitif




DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C. Fisiologi Manusia . 1995. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedoteran EGC
Price, Sylvina A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. 2006. Edisi 6 , Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G. Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah brunner & Suddarth. 2002. Edisi 8 , Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC